Social Icons

twitterfacebook

Kamis, 29 Desember 2016

FOTOGRAFI

SEJARAH FOTOGRAFI DI DUNIA
Fotografi ialah lukisan melalui cahaya. Tanpa cahaya, seni foto ini tidak akan berfungsi. Istilah photography diciptakan pada tahun 1839. Ketika teknologi seni foto terus berkembang bersama dengan kemajuan manusia, ilmu sangat penting bagi menjamin mutu kerjaseorang seniman foto (photographer).
Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun1991, disebutkan bahwa pada abad  ke-5 sebelum masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka dibagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Kamera mulai diperkenalkan ketika para pelukis menghadapi masalah untuk merekam gambar (portrait) sekitar abad 17 dan 18. Justru dengan masalah itu mereka telah menciptakan kamera obscura untuk kemudahan merekam gambar.
Akhirnya pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce(1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Hellogravure (proses kerjanya mirip lithograph) diatas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut “hellogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya yang menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Deguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa : “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya : sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yagn dilapisi larutan lodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, plat dicuci larutan garam dapur dan air suling.
Foto pertama dibuat pada tahun 1826 dengan lama proses selama 8 jam. Louis-Jacques Mande’ Daguerre merupakan bapak fotografi dunia (1837). Kamera obscura merupakan kamera yang pertama kali dipakai untuk menggambar kemudian memotret.
Tahun 1990 seorang juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar, ukuran beratnya 1.400 pound. Lensa seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya diperlukan tenaga manusia sebanyak 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4 ½  X 8 kaki dengan bahan kimia sebanyak 10 gallons digunakan ketika memprosesnya.
Kamera Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di Amerika. Kontribusi fotografi ke dunia film pertama kali di pelopori oleh Edward Muybridge. Flash atau lampu kilat pertama kali ditemukan oleh Harold E. Edgerton pada tahun 1938. Memotret benda-benda mati disebut dengan still life. Penemu negatif film John Hendri Fox Talbot dari Inggris. Negatif film tersebut dibuat selama 40 detik dibawah terik matahari.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan kamera single lens reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera Nikon. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera polaroid yagn ditemukan oleh Edwind Land. Kamera polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yagn cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
 SEJARAH FOTOGRAFI DI INDONESIA
Sejarah fotografi di Indonesia tidak lepas dari momen perjalanan bangsa dan keterkaitannya dalam perubahan politik-sosial yang terjadi di Indonesia. Fotografi mulai masuk di Indonesia pada era 1840 saat seorang  petugas medis, Juriaan Munich yang berasal dari negeri kincir angin, Belanda ini diberi tugas untuk mengabadikan  tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di Indonesia, sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam.
Saat itu, Munich menggunakan daguerreotype, yaitu metode atau proses pencetakan yang diciptakan  pertama kalinya oleh dua orang sahabat dari Perancis, Louis Daguerre dan Nicophore Niepce pada tahun 1834 dan diumumkan penemuannya pada tahun 1839. Ia yang pertama kali membawa dunia fotografi ke Indonesia dan sejak saat itu, kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai pemerintah Belanda untuk menjalankan kebijakan barunya.
Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan atau penempatan pasukan dan meriam, melainkan dengan menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini, fotografi difungsikan lewat pekerja administratif kolonial, pegawai pengadilan, opsir militer, dan misionaris.
Singkat cerita, pada akhirnya Munich tercatat dalam sejarah fotografi dan karyanya dianggap paling sukses saat itu karena ia memotret alam di Jawa Tengah yang dikenal dengan “Kali Madioen.” Kemudian tugas tersebut diteruskan oleh Adolph Schaefer yang tiba di Batavia (sekarang bernama Jakarta) pada tahun 1844. Schaefer juga berhasil memotret objek-objek foto patung Hindu-Jawa dan foto Candi Borobudur.
Sampai akhirnya dua bersaudara asal Inggris, Albert Walter Woodbury dan James page datang ke Indonesia pada tahun 1857, yang menjadi titik terang mulainya sejarah perdokumentasian di Indonesia secara menyeluruh. Foto-foto yang dihasilkan kedua bersaudara ini adalah seperti, upacara-upacara tradisional, suku-suku pedalaman, dan bangunan-bangunan kuno di Indonesia.
Selama 100 tahun keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941), penguasaan alat ini secara ekslusif berada ditangan orang Eropa, Cina dan Jepang. Berdasarkan survei dan hasil riset di studio foto-foto komersial di Hindia Belanda, hanya ditemukan empat orang lokal Indonesia yang menguasainya, salah satunya adalah Kassian Cephas.
Kassian Cephas adalah warga lokal asli Indonesia. Ia lahir pada tanggal 15 Februari 1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah pribumi asli, yang kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft, dan disekolahkan ke Belanda.
Cephas lah yang kemudian mengenalkan dunia fotografi ke masyarakat Indonesia. Meski demikian, literatur-literatur sejarah Indonesia sangat jarang menyebut namanya sebagai pribumi pertama yang berkarir sebagai fotografer profesional. Nama Kassian Cephas mulai terlacak lewat karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.
Selain Cephas, fotografer Indonesia lainnya adalah Mendur bersaudara. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah memberikan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Pada saat itulah, Mendur bersaudara mendapat kesempatan untuk membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia.
Lewat fotografi, Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini untuk memiliki mental yang sama tinggi dan sederajat. Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur juga menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting bagi negeri ini, salah satunya mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Inilah momentum di mana fotografi benar-benar “sampai” ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai bisa merepresentasikan dirinya sendiri. Karya foto monumental lainnya adalah foto pidato Bung Tomo, serta foto karya Frans Mendur yaitu, foto Soeharto yang sedang menjemput Panglima Besar Jendral Soedirman sepulang dari perang gerilya di Jogja pada tahun 1949.



Johannes Vanda Ninoy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar